NABIRE – Wakil Ketua I DPR Papua Tengah, Diben Elaby, mengawali kunjungannya di Pasar Smoker, Jumat (30/05/2025), lalu melanjutkan ke Pasar Oyehe dan Kalibobo. Ia datang bukan membawa pidato, melainkan hadir untuk mendengar langsung suara mereka yang sehari-hari menjaga denyut ekonomi rakyat dari balik lapak sederhana.

Di Pasar Smoker, seorang pedagang menanggapi pertanyaan Diben dengan jujur, menyinggung harapan yang belum terasa sejak Nabire menjadi ibu kota provinsi.

BACA JUGA: Diben Elaby, Menyentuh Denyut Rakyat di Tengah Lesunya Pasar

“Semenjak jadi provinsi harusnya lancar ya… ya kadang-kadang kalau orang ambil dari pedalaman, tetapi kalau hari-hari di sini sepi,” ucapnya pelan.

Keluhan senada disampaikan Ibu Sely, pedagang di Pasar Kalibobo. Ia menggambarkan betapa lesunya aktivitas pasar sejak awal tahun.

“Kita di pasar ini mulai dari Januari sampai sekarang ini manik sekali. Kita jual beli itu sangat rugi besar. Barang kadang dibuang, tidak ada modal lagi untuk jual. Kadang kita jual, kadang tidak. Istirahat di rumah saja,” ungkap Sely.

Ia juga mengungkap kerugian dari ternak yang mati, hingga dagangan yang dibawa pulang hanya untuk dimakan atau dibuang.

BACA JUGA: Diben Elaby Sampaikan Keprihatinan atas Kondisi RSUD Nabire, Minta Penanganan Serius

“Baru makanan kalau bawa pulang, kadang kita makan, kadang juga kita buang. Hidup kita di pasar ini begini sudah,” katanya.

Ia menutup keluhannya dengan kalimat yang mencerminkan situasi riil para pedagang kecil saat ini.

“Kalau tahun lalu masih bisa, tapi dari Januari sampai sekarang pasar ini mandek, betul. Sepi sekali. Belanjanya kurang,” pungkasnya.

BACA JUGA: Suara Firmansyah di Tengah Hiruk Pasar, Disambut Diben Elaby dengan Telinga Terbuka

Diben Elaby tak menjawab panjang. Ia lebih memilih mendengar dengan sungguh-sungguh. Bagi Diben, suara pasar bukan sekadar soal harga dan barang, tapi tentang harapan yang perlahan meredup jika tak segera ditangani.