NABIRE – Komisi I DPR Papua Tengah menggelar rapat dengar pendapat bersama Kapolda Papua Tengah, Brigjen Pol. Alfred Papare, S.I.K, di Ruang Rapat Komisi Gedung Karel Gobay, Bandara Lama Nabire, Senin (14/7/2025).
Pertemuan ini membahas tindak lanjut dari hasil audiensi Komisi I bersama masyarakat terkait insiden di Pasar Karang Tumaritis yang sempat memicu ketegangan beberapa waktu lalu.
Kapolda Papua Tengah, Brigjen Pol. Alfred Papare, menyampaikan bahwa pertemuan ini membuka ruang dialog antara lembaga legislatif dan aparat keamanan untuk menyamakan persepsi terhadap penanganan kasus tersebut.
“Hari ini kami diundang DPR Papua Tengah untuk membahas hasil audiensi Komisi I dengan masyarakat. Dari pertemuan ini, kami melihat bahwa belum terbangun kerja sama yang kuat antara warga dan kepolisian dalam mengungkap kejadian itu,” ujarnya.
Kapolda menegaskan bahwa proses hukum tetap berjalan, namun membutuhkan dukungan lebih besar dari masyarakat, terutama dalam hal kesaksian dan bukti.
“Saya tidak membatasi opini masyarakat. Tapi saya ajak semua pihak ikut proses hukum. Di situlah letak kepastian hukum. Semakin banyak saksi dan bukti, semakin cepat pengungkapan,” tegasnya.
Ia mengungkapkan bahwa kepolisian telah melakukan sejumlah langkah hukum, namun masih terkendala kurangnya saksi yang bersedia memberikan keterangan.
Wakil Ketua I DPR Papua Tengah, Diben Elaby, menambahkan bahwa pihaknya hanya memfasilitasi dialog agar persoalan ini bisa diungkap secara terang dan adil.

“Kami menerima pengaduan dari masyarakat, lalu teruskan ke pihak berwenang. Kami harap dengan pertemuan ini, polisi bisa mendapat informasi baru. Karena masyarakat ingin kasus ini tuntas,” ujarnya.
Diben mengajak warga yang mengetahui informasi atau memiliki bukti agar tidak diam dan segera melapor ke kepolisian.
“Mari datang ke Polres dan sampaikan. Siapa tahu informasi itu penting. Jangan biarkan ini hanya jadi rumor tanpa solusi. Ini masalah kita bersama,” katanya.
Ia juga menyinggung pentingnya kesadaran kolektif dalam mencegah kejadian serupa di masa depan. Menurutnya, kebiasaan mengonsumsi minuman keras di area pasar menjadi pemicu utama konflik.
“Pemicu utama adalah miras. Jadi saya minta tokoh agama, pemuda, dan masyarakat menertibkan lingkungannya. Kita semua punya tanggung jawab menjaga kota ini,” tutupnya.
Tinggalkan Balasan